Rabu, 09 Juli 2008

TV DAN PENDIDIKAN

Masih ingat kasus tayangan smack down? Tayangan ini sempat diprotes oleh masyarakat dan akhirnya dihentikan penayangannya. Hal itu terjadi karena ada kasus penganiayaan yang dilakukan seorang anak kecil setelah sering menonton tayangan smac down tersebut.

Televisi memang pisau bermata dua. Banyak manfaatnya, tapi tidak sedikit juga mudhorotnya. Menurut Abdullah yazid (peneliti di FKIP Univ. Islam Malang), televisi memang diakui menjadi salah satu media yang cukup efektif untuk menyampaikan pesan pada masyarakat luas. Hampir setiap keluarga dari setiap kalangan masyarakat di wilayah Tanah Air memiliki televisi yang berfungsi sebagai sarana hiburan dan informasi. Barangkali, berawal dari salah satu asumsi tersebut, Depdiknas memanfaatkan media televisi dapat untuk kegiatan proses pendidikan yang bersifat massal.
Penulis juga mengakui media ini banyak memiliki keunggulan. Misalnya, pertama, siaran televisi dapat ditangkap oleh beberapa indera manusia sekaligus. Kedua, siaran televisi dapat menjangkau sasaran secara luas dan singkat. Ketiga, mata acara televisi dapat disampaikan dengan format hiburan, sehingga peluang tayangannya lebih menyenangkan, cukup tinggi. Keempat, banyak variasi bentuk acara televisi yang dapat dipilih, antara lain: uraian, reportase, dialog, wawancara, diskusi, laporan, atau hiburan.
Namun, sejauh ini belum teruji format dan bentuk yang paling ideal untuk menayangkan program pendidikan. Dulu, Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) juga memiliki orientasi yang tidak jauh beda dengan Depdiknas sekarang, tapi hasilnya tidak efektif; apalagi memuaskan. Tayangan program pendidikan tidaklah cukup menarik ditonton dan masih kalah jauh rating-nya dengan tayangan-tayangan infotainmen, hiburan, atau sinetron.

Tidak ada komentar: